Nama arya berarti bangsawan atau tuan, yang
terdapat dalam bahasa persia dan india. Perpindahan Bangsa Arya di India
terjadi bertahap-tahap, dan tidak terjadi langsung dengan gelombang besar.
Waktu yang dibutuhkan juga membutuhkan waktu yang berabad-abad, itupun sambil
membawa keluarga mereka. Pada masa tertentu, ada sekelompok yang nampaknya
begitu kuat yang memasuki India. Hal ini dibuktikan pada penggalian di Harappa
yang menyatakan bahwa kota Harappa takluk dengan kekerasan, karena banyak
ditemukan tumpukan mayat di Harappa. Selain itu kerusakan di dinding kota, yang
semuanya disinyalir Harappa di hancurkan oleh Bangsa yang gagah berani.
Pendirian ini juga diperkuat dengan pernyataan buku Weda yang mengatakan bahwa
bangsa Hariyupuja yang dikalahkan oleh orang-orang Arya dengan bantuan, dan
tentu haruyupura itu dapat kita anggap sama dengan budaya Harappa.
Perpindahan bangsa Arya ke India berlangsung pada
satu masa yang berabad-abad lamanya dapat juga dibuktikan kalau dibandingkan
syair-syair Weda yang tertua dengan yang terkemudian. Penyelidikan ini
menyatakan bahwa mula-mulanya sungai Indus dianggap oleh orang Arya sebagai
sungai yang keramat dan menjadi sumber dari sekalian kebaikan bagi orang Arya.
Tetapi pada masa Doab Gangga-Jumna menjadi pusat kebudayaan brahma, maka
ternyata bahwa seluruh daerah Indus dan Punjab sudah dilupakan oleh orang-orang
Arya, dan bhakan buku-buku seperti Weda dan Upanisad seakan-akan melupakan
kesucian sungai Indus. Orang-orang Arya merupakan bangsa yang suka yang
berpetualang pada saat itu. Nampaknya kedatangan bangsa Arya berbarengan dengan
lansung berkembangnya kerajaan-kerajaan bangsa Arya. Dalam beberapa
berita-berita peperangan raja Persia menaklukan Punjab dan Sindh tahun 516 SM,
dan raja tersebut mempunyai beberapa prajurit dari kalangan orang-orang India.
Sedangkan kita tahu bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang berasal dari Asia
Barat.
A. PENGARUH BANGSA ARYA
Kedatangan bangsa Arya di India telah memberi
pengaruh besar dalam sejarah perkembangan Bangsa India sendiri. Bangsa Dravida
yang sebelumnya telah menempati India telah memberi tiga reaksi pasca serangan
bangsa Arya. Kelompok pertama adalah mereka yang menolak kedatangan bangsa Arya
dengan memberi perlawanan sampai mati. Kelompok kedua yaitu mereka yang
akhirnya menyingkir ke daerah selatan, Deccan dan Bihar. Kelompok ketiga adalah
yang kemudian melakukan asimilasi dengan bangsa Arya, yang kemudian melahirkan
budaya baru. Fokus peneitian para ilmuan sejarah masih masih berkisar pada
budaya yang telah dihasilkan oleh percampuran bangsa Arya dan Dravida tersebut,
atau yang kemudian sering dengan kebudyaan Indo-arya. Alasan utamanya adalah
bahwa percampuran tersebut selanjutnya melahirkan sistem budaya dan poitik yang
lebih mudah untuk dirunut pada sejarawan. Pengaruh selanjutnya dari budaya
Indo-arya adalah munculnya perbagai budaya seperti Bahasa Sansekerta, Upacara
Keagamaan, dan hal-hal sacral lainnya. Selain itu adalah kemunculan dan
berkembangnya Agama Hindu yang menjadi agama terbersar di India sampai
sekarang.
Gambar : Peta Kota Harappa dan
Mohenjodaro
Untuk saat ini orang-orang dari bangsa Arya
mendiami daerah-daerah sekitar di sebelag utara garis perbatasan yang terletak
antara Goa dan Orissa selatan. Ada juga sebagian terletak di sebelah selatan
garis tersebut, seperti Hiderabad. Sebagai bangsa pendatang, Arya memandang
orang-orang Dravida adalah sebagai penduduk yang lebih rendah dari bangsa Arya.
Namun hal itu tidak menutup kemungkinan Bangsa Arya mengakui bahwa Bangsa
Dravida merupakan Bangsa yang kaya yang telah mengembangkan peradaban dan
kebudayaan yang cukup tinggi. Jika dilihat kembali, sistem kepercayaan telah
menjadi dasar utama dalam kultur masyarakat India dalam sistem sosial.
Eksistensi kasta sebagai pembagian kelas masyarakat India merupakan bentuk
nyata yang tidak terhapus begitu saja hingga saat ini. Brahmana sebagai kasta
tertinggi di India tetap dipegang oleh bangsa Arya sendiri, sementara Ksatria,
Waisya, dan S0udra adalah kelompok sosial yang mesti mengikuti hukum yang telah
dibuat oleh para Brahmana.
Pengaruh yang signifikan dari bangsa Arya yang
selama ini banyak dikaji adalah munculnya banyak kerajaan bercorak Arya. Proses
kultural yang berlangsung hingga abad ke-7 sebelum masehi kemudian melahirkan
sejarah politk bangsa India yang sangat panjang. Pada periode ini suber sejarah
India semakin terang dengan perlbagai iniformasi tertulis dari dalam India
maupun dari catatan asing. Beberapa kerajaan penting pada masa awal
perkembagnan Arya adalah Gandhara, Kosala, Kasi dan Maghada. Tetapi sampai
sekarang hanya kerajaan-kerajaan yang mempunyai pengaruh besar saja yang dapat
diakses dan dikaji. Hal karena terbatasnya sumber sejarah yang menerangkan
perihal tersebut. Selain itu kita tahu India mempunyai wilayah yang cukup luas,
dan tidak memungkinkan dikaji kerajaan-kerajaan yang terseban seantero India.
Dari sekian banyak kerajaan, mungkin yang dapat diakses dan dikaji karena
mempunyai peranan penting dalam perkembangan peradaban di India. Salah satunya
adalah Maghada. Konon pengembangan dan penyebarab agama Budha juga terjadi di
daerah Maghada. Tepatnya Benares . Meskipun agama Budha belum sepenuhnya di
kenal oleh masyrakat luas.
Gambar : Peninggalan Kota
Mohenjodaro
Pada masa kerajaan Maghada terdapat beberapa
dinasti yang bergiliran memegang tampuk kepemimpinan di India/Maghada.
1. Dinasti Sisunaga
Dinasti Sisunaga merupakan dinasti pertama yang
memegang tampuk kepemimpinan di kerajaan Maghada. Dinasti ini setidaknya pernah
dipimpin oleh sembilan raja yaitu: Saisunaga, Kakavarna, Kshemadarman,
Kshemajit, Bimbisara, Ayatasatru, Darsuka, Udaya, Nandivadana.
2. Dinasti Nanda
Dinasti Nanda juga pernah berkuasa atas kerajaan
Maghada, tepatnya pada 413-322 SM. Raja-raja yang pernah berkuasa pada dinasti
Nanda juga berjumlah sembilan orang, seperti halnya dinasti Sisunaga. Pada masa
dinasti ini banyak sekali ketidakstabilan pada pemerintahan, hal ini dibuktikan
dengan banyaknya raja pada kurun waktu yang kurang dari satu abad. Sehingga
pada akhirnya dinasti ini berhasil dikudeta oleh Chandragupta dari Maurya, yang
kemudian mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Maurya.
3. Dinasti Maurya
Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang
mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta
dari hasil kudeta yang dia pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal penting
yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah perisnggungan India dengan
bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin agung
Alexander the great (iskandar zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun
sebelum Chandragupta naik tahta. Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai
maksud politis saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur.
Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great tidak mempunyai
motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat saja dan tidak
meneruskan penyerangan kea rah timur, dan bahkan mereka kembali lagi ke barat
(Eropa).
Seperti halnya daerah-daerah timur yang lain,
pasca ekspansi bangsa barat adalah kemunculan budaya hellenisme. Yaitu
perpaduan budaya timur dengan budaya barat. Sejak masa tersebut semakin terbuka
hubungan barat dengan dunia timur. Hal inilah yang kemudian mendorong India
semakin menjelma menjadi pusat peradaban penting dunia. Banyak ilmuan yang
kemudian datang dan pergi di India. Hal yang juga patut dicermati adalah pada
masa itu sejarah India telah ditulis oleh salah satu kaki tangan Alexander the
great yang selalu mengirinya kemanapun dan kapanpun ia pergi.
Chandragupta naik tahta pada masa dan saat yang
penting. Yaitu beberapa saat pasca kematian Alexander the great, sehingga
dengan sekuat tenaga akhirnya dia berhasil menguasa daerah-daerah yang tadinya
dikuasai oleh Macedonia, dan bahkan Chandragupta berhasil menjalin hubungan
dengan musuh Iskandar Zulkarnain, Seloucos Nicator (penguasa Yunani di Asia
Barat). Persahabatan ini memberi peran penting dalam menggambarkan situasi
Maghada pada saat Chandragupta. Penguasa yunani tersebut banyak membantu
Chandragupta dalam menulis sejarah India. Penulis hasil bantuan penguasa Yunani
tersebut banyak menggambarkan keindahan dan keelokan Maghada yang terletak pada
lembah sungai Gangga.
Akhir hayat Chandragupta diakhiri dengan bebrapa
catatan penting. Ia merupakan raja yang disegani kawan maupun lawan, rakyat dan
juga umum. Sebagi para umumnya raja, dia mempunyai Bayangkari, yaitu pasukan
khusus pengawal raja yang terdiri dari wanita-wanita asing yang berenjata
lengkap, yang selalu mengiringi Chandargupta sebagi pasukan berkuda. Selain itu
dia juga membuat jalur dari Takshosila kedaerah Bactria. Jalan itu digunakan
sebagai jalur perdagangan dan ketentaraan. Pada masanya perdagangan memang
sangat maju, bahkan uang Persia dan uang Yunani lebih banyak melihatan di
kerajaannya dari pada uang Chandragupta (India). Dia juga telah mengembangkan
pedagangan di laut, meskipun hanya di bagian teluk Persia dan laut Aden saja.
Selain mempunyai pasukan pengawal pribadi, lascar
Chadnrgupta merupakan elemen penting bagi kuatnya kerajaan Maghada. Laskar ini
mempunyai jumlah kereta dan gajah yang sangat banyak. Jumlah gajah laskar ini
berkisar antara 9000 untuk jumah gajahnya dan 30000 untuk jumlah keretanya.
Selain pasukan gajah dan kereta, dia juga mengembangkan jumlah infatrinya yaitu
sekitar 60000 orang. Laskar-laskar perang berasal dari satu kasta tersendiri.
Ketika tidak ada perang, pekerjaan mereka hanya makan dan tidur semata. Tatepi
mereka tidak diperkenankan untuk mempunyai banyak harta benda. Ini bermaksud
untuk menjadikan laskar-laskar tersebut selalu siap sedia katika di butuhkan
kapanpun dan dimanapun.
Chandragupta juga semakin memperkut eksistensi
kasta sebagai pola sosial di India pada saat itu. Dia melarang keras perkawinan
yang melibatkan kasta yang berbeda. Walaupun banyak kasta yang berkembang di
India pada saat itu, Chandragupta dianggap sebagai raja yang giat dan juga
adil. Walaupun hukuman yang dijatuhkan cenderung keras, tetapi dia tidak banyak
menjatuhkan hukuman. Hukuman sebatas dijatuhkan bagi mereka yang benar-benar
melanggar aturan kerajaan. Chandragupta juga melakukan penaklukan terhadap
daerah-daerah seperti Archosia (Kandahar), Paropanisadae (Kabul), Asia (heart),
Gedrosia (Baluchistan) dan meminta daerah-daerah tersebut untuk mengembalikan
gajah-gajah perang India yang berjumlah sekitar 500 gajah.
Masa kejayaan kerajaan maghada adalah pada mas
pemerintahan Asoka. Ashoka vardhana memerintah India (maghada) tahun 272-232
SM. Ashoka mempunyai ketrampilan memimpin kerajaan yang luar biasa hebatnya.
Masa Ashoka yang menjadi titik sentral kekuatan kerajaan adalah angkatan
perang. Dengan kuatnya angkatan perang Maghada maka Maghada menjadi kerajaan
yang disegani kawan maupun lawan. Ashoka juga banyak menakulukan di
daerah-daerah sekitar India, seperti Gandara, Kabul, Jonas, Kamboja, Godavari,
Krisna, Mysore, Supara dan Girnar, dan daerah-daerah lainnya. Luas kerajaan
Maghada saat itu melebihi luas negara India pada saat sekarang.
Selain banyak melakukan penaklukan, Ashoka juga
banyak meninggalkan jejak sejarah yang berbentuk tulisan yang kemudian menjadi
sumber sejarah yang cukup penting hingga sekarang. Banyak prasasti yang
ditinggalkan pada dinding-dinding dan tiang batu yang berisi tentang peristiwa,
undang-undang, pesan perdamaian, maupun ajaran dan pesan-pesan ashoka.
Hal menarik yang perlu dikaji pada masa Ashoka
adalah berkembangnya agama Budha. Padahal nenek moyang Sshoka adalah penganut
setia Hindu. Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan atas
berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang selalu
menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun pada
akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya aliran yang
menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana. Puncaknya adalah kematian raja
terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185 SM.
Pada masa Ashoka terdapat peristiwa besar yang
sulit dilupakan oleh para sejarawan. Peristiwa tersebutlah yang akhirnya
merubah haluan jalan hidup Ashoka dari penganut Hindu menjadi seorang yang
memeluk Agama Budha. Peristiwa tersebut adalah perang Kalingga. Menurut sumber
yang ada, Ashoka memipin sendiri perang tersebut. Sebanyak kurang lebih 100.000
nyawa orang Kalingga melayang dan dijadikan budak. Sedangkan masih banyak lagi
yang akhirnya mati karena kelaparan. Sejak saat ia berubah haluan, dan tidak mau
lagi memakai kekerasan dalam hidupnya. Ia mulai mementingkan Agama Budha
seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Meskipun hanya sebagi Upasa (pengikiut atau
penganut biasa) saja, dia juga sudah menerapkan larangan berburu hewan, dan
tidak boleh menyembelih burung merak dan rusa. Dia juga berusaha menyiarkan
hukum Dharma. Salah satuinya adalah dengan mengangkat pegawai-pegawai tinggi
yang dinamakan Dharmamahamatra yang harus berkeliling diseluruh kerajaan sekali
dalam lima tahun. Tugas ini dianjurkan guna melakukan urusan agama pada
kalangan rakyat yang meliputi putra-putra raja, kaum bawah dan bahkan mereka
yang masih berada dalam penjara. Selain Dharmamahamatra ada juga pegawai yang
dinamakan Rajuka. Tugas mereka terutama terletak pada lapangan kemasyarakatan,
sebab mereka harus memajukan mutu kesusilaan rakyat, kamakmuran, dan merekapun
bertindak sebagai hakim pada daerah-daerah tertentu. Selain itu ada juga
pegawai yang diangkat bertindak sebagai penagih pajak dan sekertaris, mereka
semua dari kalangan Budha.
Ashoka sendiri juga sering melakukan
perjalanan-perjalanan panjang. Yaitu sekali dalam 10 tahun. Perjalan ini
dinamakan Dharmayatra, yang dalam satu kali perjalanan biasanya memerlukan 256
hari.
4. Dinasti Sungha
Dapat dikatakan bahwa Dinasti Sungha actor yang
berperan penting dalam mengembalikan keberadaan Agama Hindu yang sempat
tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan keberhasilannya membunuh Buhadratha
tahun 185 SM. Mulai saat itu sampai tahun 1875, Sungha dan keturunannya
berhasil menguasai Maghada. Seperti yang telah disinggung, bahwa Sungha kembali
memberi angin segar kepada pemeluk Hindu dan khususnya Brahmana untuk kembali
mengembangkan Agama Hindu.
5. Dinasti Kanya
Setelah berakhirnya kekuasaan Sungha atas
Maghada, maka kekuasaan sesudahnya diambil alih oleh Dinasti Kanya. Dinasti
Kanya memerintah dalam kurun waktu antara 175- 128 SM. Sejak masa Kanya
berkuasa muncul kerajaan-kerajaan kecil semisal Andhra, Parthi, dan Kushan.
Selain perkembangan politik yang kuat di India,
hal penting yang patut dicermati adalah lahir dan berkembangnya Agama Hindu
yang nanti akan banyak dibahas pada BAB IV. Peninggalan-peninggalan selain
pemerintahan/politik dan Hindu, yang menjadi cirri khas, juga masih banyak
peninggalan yang lain, meliputi seni kesusastraan dan juga Jainisme dan
tentunya Agama Budha.
Dalam bidang kesustraan terdapat beberapa buku
catatan perjalanan. Ada dua buku penting yang muncul pada masa Arya. Buku
tersebut adalah Aranyaka (Kitab Hutan) dan Upashisad, yang merupakan hasil
kerja dari teosofi yang berisi renungan mistik bagi para murid lanjutan. Buku
tersebut dibuat guna memudahkan tafsir terhadap kitab suci Weda yang
membingungkan. Untuk menafsirkan weda diperlukan buku-buku yang digunakan untuk
menafsirkan. Ada dua kelompok jenis buku yang digolongkan sebagai tafsir weda.
Pertama adalah sruti. Yaitu kitab yang dianggap sebagai wahyi dari Brahma sang
pencipta. Kedua adalah smerti. Yaitu hasil ingatan ataupun kebiasaan para
pendeta yang juga disebut sebagai wedangga atau anggota weda.
Selain berkembangnya agama Hindu, di India,
terutama pada masa Arya, juga berkembang Jinisme dan Agama Budha. Pada abad 6
SM proses pembaharuan dalam bidang agama terus berlangsung dan terus berlanjut.
Tidak hanya sekedar kecil-kecilan tetapi langsung besar. Muncul dua tokoh
penting dalam perombakan bidang keagamaan, yaitu Budha Gautama dan Vardamana
Mahavira. Keudanya mempunyai banyak persamaan. Diantaranya adalah; pertama
keduanya berasal dari masa yang bersuasana Samkya yang nantinya memberikan
pengaruh besar terhadap sifat ajaran rohani yang mereka ajarkan nanti. Kedua,
mereka berasal dari kalangan yang sama, yaitu ksatria atau prajurit, yang dalam
status sosial merasa disepelekan oleh kalangan Brahmana. Ketiga, mereka
mendirikan perkulmpulan-perkumpulan atau biara-biara agama yang di dalamnya
terdapat pengikutnya yang hidup dalam cinta kasih, tidak mencuri, dan tidak
berdusta. Satu lagi bahwa Vardaman merupakan salah satu anak dari Budha
Gautama.
Peromabakan yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut
adalah Jainisme dan Buhda. Agama Jina (Jainisme) atau agama bagi para penakluk
itu disebarluaskan oleh seorang anak dari Budha Gautama yang bernama Vardamana.
Jina lebih menekankan pada semedi, dan cenderung ekftrim ketimbang Budha.
Konsep alam raya menurut Jainesme adalah abadi, tidak ada hari kiamat yang
memusnahkan jagad raya tersebut. Para dewa tidak berperan dalam penciptaan
maupun pemusnahan alam semesta. Jagad raya berfungsi dengan sendirinya sesuai
hukum alam. Keberadaannya terbagi menjadi sejumlah daur terttentu, yang
masing-masing mencakup fase perkembangan dan kehancuran. Setiap masa dikawal
oleh dua puluh empat kaesar jagad raya, menjadi tigapuluh tiga orang-orang
besar, yang hidup dalam jangka waktu tertentu secara teratur. Pada masa puncak
zaman manusia hidup dengan ukuran badan yang amat besar dan umur yang panjang,
serta tidak membutuhkan undang-undang ataupun pranata, sebab semua kebutuhan
manusia telah dicukupi oleh pohon pengharapan. Jainisem beranggapan bahwa
proses kehancuran jagad raya membutuhkan kurun waktu kurang lebih 40.000 tahun
lamanya. Pada saat itu manusia menjadi sangat kerdil, dan hanya mencapai umur
20 tahun, hidup di dalam gua-gua, dan menjadi lupa akan segala peradaban.
Bahkan mereka pun tidak mengenal api, sampai pada saatnya air pasang melanda
bumi. Tetapi kiamat tidak ada, karena setelah itu muncul kembali kehidupan yang
baru secara abadi. Namun demikian jainisme tetap percaya dengan adanya hukum
karma.
Kedua adalah Budha. Budha didirikan oleh Budha
Gautama. Yaitu seorang yang diaanggap begitu bijaksana keturunan Sakya. Putra
seorang kepala daerah di kapilawastu, kira-kira 200 Km sebelah utara Benares.
Pada umur 29 dia memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk kehidupan dunia.
Ia memilih meninggalkan istana dan melakukan pengembaraan dengan pakaian yang
serba kuning. Sampai pada suatu ketika ia berhenti pada sebuah pohon pipala,
dan ia mendengarkan suara, penerangan atau bodhi. Semula dia ragu untuk
menyebarkan apa yang dia dapatkan ketika melakukan pengembaraan. Namun pada
akhirnya Brahma sendiri yang turun untuk memberikan kemantapan pada Gautama.
Akhirnya Khutbah perdana Gautama dilaksanakan di taman rusa, Benares dihadapan
lima orang pengikutnya. Khutbah perdananya berisikan ajaran, tentang empat
kenyataan, yaitu bahwa hidup pada dasarnya merupakan suatu kesengsaraan, bahwa
kesengsaraan itu timbul karena suatu sebab, bahwa kesengsaraan itu dapat
dihilangkan, dan bahwa ada cara-cara yang dapat menghilangkan kesengsaraan
tersebut, yaitu delapan langkah kebenaran.delapan langkah kebenaran itu adalah
berpandangan benar, berketetapan benar, berbicara benar, bertingkah benar,
hidup benar, berusaha benar, beringatan benar, dan bersemadi benar. Ajaran
agama lainnya berhasil dikumpulkan menjadi tiga keranjang atau pitaka.
Keranjang tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama berisi aturan mengenai
tingkah laku. Kedua berisi kumpulan khotbah Budha Gautama. Ketiga berisi ajaran
mengenai metafisika.
Pada muktamar ke tiga, Budha terpecah menjadi dua
kelompok besar. Pertama Mahayana dan Hinayana. Perbedaan mendasar dari kedua
aliran tersebut adalah kontek nirvana dan prosedur yang dilalui untuk mencapai
nirvana. Mahayana beranggapan bahwa setiap pemeluk Budha dapat mencapai nirvana
kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului mereka dan telah
menempati kedudukanbaik di nirvana tersebut. Sementara aliran Hinayana
beranggapan bahwa keberhasilan umat Budha mencapai nirvana hanya karena usaha
sendiri, tanpa bantuan fisik dari apapun.
Baik Jainisme dan Budhisme pada dasarnya bersifat
ateistik, dalam artian tidak menolak keberadaan dewa-dewa, namun tidak mengakui
campur tangan mereka dalam kegiatan jagat raya maupun nasib manusia .
Gambar : Peninggalan Kota
Harappa
B. HINDUISME DAN INTI AJARANNYA
1. Fase Perkembangan Agama Hindu
Sebagai dampak dari berkembangnya budaya
Indo-arya adalah munculnya Agama Hindu. Menurut sejarahnya, Agama Hindu
mempunyai usia yang cukup tua dan panjang, dan merupakan agama yang pertama kali
dikenal oleh umat manusia. Kami mencoba mendefinisikan kapan dan dimana Hindu
di sebarkan dan berkembang. Agama Hindu pada kelanjutannya telah melahirkan
kebudayaan yang sangat kompleks baik dalam bidang astronomi, ilmu pertanian,
filsafat, dan ilmu-ilmu yang lain. Sehingga kadang ada kesan rumit ketika kita
berniat memahami ajaran Agama Hindu.
Agama Hindu adalah agama yang mencoba memberi
kebebasan kepada pemeluknya untuk melakukan peribadatannya. Tetapi hal ini
bahkan menimbulkan permasalahan di kalangan sejarawan, dan mengklaim bahwa
Agama Hindu tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Sebagai contoh,
banyak sejarawan yang masih menulis bahwa Hindu masih menganut paham
Polytheisme, karena ada beberapa dewa yang mengatur aspek kehidupan pemeluknya.
Tetapi pada kenyataannya, Hindu telah menganut Monotheisme. Prinsip ketuhanan
Hindu adalah “trimurti”. Selain itu, kalangan umat Hindu sendiri juga masih
banyak pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan
diamalkan.
Perkembangan Agama Hindu di India pada dasarnya
terjadi selama empat fase. Jaman Weda, jaman Bharmana, jaman Upanisad dan jaman
Budha. Jaman Weda disinyalir telah berkembang pada masa perdaban Mohenjodaro
dan Harappa. Bukti yang menunjukan fase ini adalah adanya patung yang
menyerupai perwujudan Siwa. Selain itu pada masa ini masyarakat India kuno juga
telah menyembah dewa-dewa. Tetapi kepastian dimulainya fase Weda adalah pada
masa Bangsa Arya berada di Punjab di lembah sungai Indus. Sekitar 2500 s.d 1500
tahun sebelum masehi. Setelah terdesak bangsa Dravida akhirnya hijrah ke arah
Selatan di dataran tinggi Dekkan, dan sebagian ada yang membaur dan
berasimilasi dengan kebudayaan bangsa Arya. Bangsa Arya sendiri telah menyembah
beberapa dewa, diantaranya: Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya.
Tetapi tuhan-tuhan tersebut hanyalah manifestasi dari perwujudan tuhan yang
Maha Esa, yang mengatur dan berkuasa atas alam semesta yang disebut “Rta”.
Pada fase tersebut masyarakat India telah dibagi
menjadi beberapa kelompok lapisan masyarakat yang meliputi Brahmana, Ksatria,
Waisa dan Sudra. Pada masa Brahmana, kekuasaan amat besar pada kehidupan
keagamaan. Kaum Brahmana lah yang mengantarkan persembahan orang kepada para
dewa. Jaman Brahmana ditandai dengan mulai tersusunnya tata cara upacara agama.
Penyusunan tata cara upacara telah tertulis semua dalam kitab suci Weda.
Berbeda dengan masa Upanisad. Tata cara beragama
tidak hanya dipentingkan pada upacara dan sesaji saja, tetapi juga bagaimana
meningkatkan pngetahuan batin yang lebih tinggi yang dapat membuka tabir ke
alam ghoib. Pada masa inilah penyusunan dan pengembangan filsafat agama. Yaitu
jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Kemudian munculah ajaran filsafar yang
tinggi, yang kemudian dikembangkan pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana.
Ajaran filsafar tersebut pada akhirnya menyebarkan ajaran Tri murti.
Fase ke empat adalah Fase Budha. Fase ini dimulai
ketika putra raja Sudhodana yang bernama Sidarta menafsirkan Weda dari sudut
Logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan ubntuk
menghubungkan diri dengan tuhan.
2. Inti Ajaran Agama Hindu
Inti ajaran Agama Hindu terdapat pada tiga
kerangka dasar ajaran agama hindu. Tiga kerangka dasar tersebut berperan kuat
dalam mengatur peribadatan pemeluk-pemeluknya. Tiga kerangka dasar agama adalah
Tattwa, Susila dan Yadnya.
Tattwa. Konsep pencarian kebenaran hakiki di
dalam hidnu diuraikan dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa
merupakan filsafat yang diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui
beberapa cara dan pendakatan yang disebut Pranama. Ada tiga cara penyerapan
pokok yang disebut Tri prnama. Tri panama ini menyebabkan akal budi dan
pengertian manusia dapat menerima kebenaran hakiki dalam Tattwa, sehingga
berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan dalam
Hindu disebut Sradha. Ada lima Sradha dalam Hindu yang kemudian disebut Panca
sradha. Berbekal Panca sradha yang diserap menggunakan Tri panama ini,
perjalanan hidup seorang Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Kearah
kesempmurnaan lahir dan batin.
Susila. Merupakan kerangka daras agama setelah
Tattwa. Seperti halnya makna umum Susila, susila dalam ajaran agama hindu juga
berperan penting dalam mengatur tingkah laku pemeluk agama hindu dalam
kehidupan sehari-hari. Pola interaksi manusia pada kehidupan sehari-hari akan
memperlihatkan sejauh mana kadar susila dan akhlak manusia. Seorang akan
memperoleh rasa hormat dan simpatik dari orang lain tatkala dia dapat
mempertahankan kelakukan dan susilanya ketika melakukan sebuah interaksi. Telah
disinggung pada tattwa, bahwa hindu berusaha membimbing manusia kearah
kesempurnaan sifat, dan susila lah yang kemudian menjadi titik sentral ajaran
tattwa.
Merunut arti kata ”susila”, su berarti baik,
indah, harmonis. Sila berarti perilaku, perbuatan, tingkah laku dan kelakuan.
Jadi susila adalah perbuatan baik manusia yang tercermin dalam tingkah laku
sehari-hari baik dalam bertutur dan berbuat. Susila menurut agama Hindu adalah
tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antar sesama
manusia dengan alam semesta yang berlandaskan atas keikhlasan dan kasih sayang.
Pola hubungan dalam susila berprinsip pada ajaran
Tat Twam Asi (ia adalah engkau) mengandung makna bahwa segala makhluk adalah
sama. Menolong orang lain sama halnya menolong diri sendiri, begitu pula
sebaliknya, menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri. Dalam hubungan
ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya sehari-hari, dan
diuraikan secara terperinci sebagai berikut:
-Tria Kaya Parisudha, merupakan tiga jenis
perbuatan yang merupakan landasan ajaran etika agama Hindu yang dipedomani oleh
setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidup.
-Panca Yama dan Niyama Brata, yang merupakan lima
kebaikan yang harus di lakukan dan lima hal yang harus dihindari.
-Tri Mala. Tiga keburukan yang meracuni budi
pekerti manusia yang harus diwaspadai dan diredam sampai sekecil-kecilnya.
-Sad Ripu adalah enam musuh di dalam diri manusia
yang selalu menggoda, yang pada akhirnya dapat mengganggu emosi manusia.
-Catur Asrama. Empat tingkat kehidupan manusia
dalam agama hindu, disesuaikan dengan tahapan-tahapan jenjang kehidupan yang
mempengaruhi prioritas kewajiban menunaikan dharmanya.
-Catur Purusa Artha. Yaitu empat dasar tujuan
manusia.
-Catur Warna. Yaitu empat pilihan hidup manusia
yang berlandaskan tujuan, bakat dan ketrampilan.
-Catur Guru. Empat kepribadian yang harus
dihormati oleh pemeluk agama Hindu.
Yadnya. inti ajaran agama Hindu yang ketiga
adalah Yadnya, yang merupakan suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas
karena getaran jiwa dalam keidupan yang sesuai dengan inti ajaran kitab suci
Weda. Yadnya juga dapat diartkan sebagai pemujaan, penghormatan, pengorbanan,
pengabdian, pemberian yang penuh dengan kerelaan. Yadnya mengandung tiga aspek
penting yaitu:
-Rasa tulus ikhlas dan kesucian.
-Rasa bakti dan memuja (menghormati) Sang Hyang
Widhi Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan Bangsa, dan kemanusiaan.
-Di dalam pelaksaannya disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan
(patra)
-Suatu ajaran dan Catur Weda yang merupakan
sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar